HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA DALAM MENCEGAH TERJADINYA KEKAMBUHAN ASMA BRONKIALE DI RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Secara epidemiologi penyakit asma dijumpai di seluruh dunia, dan menyerang baik pria maupun wanita, dari seluruh lapisan sosial ekonomi dengan prevalensi berkisar antara 1-10% (Danusantoso. H, 2000). Di negara-negara maju, peningkatan berkaitan dengan polusi udara dari industri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola makanan,  penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma mempunyai dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk (Ilham. H, 2007).
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah.2005: 82). Serangan asma yang sering muncul biasanya pernapasan terengah-engah disertai bunyi napas mengi, batuk dan sesak napas (Sibuea. 2005: 53).
Menurut Kartasasmita (2002) yang dikutip oleh Anurogo (2009), prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2%, angka tersebut sangat bervariasi. Di Indonesia, prevalensi asma pada anak berusia 6-7 Tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14 Tahun sebesar 5,2%.
Data WHO (2005) menyatakan sebanyak 300 juta orang di dunia terkena penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma. Di perkirakan pada tahun 2025 di seluruh dunia terdapat 255.000 jiwa meninggal karena menderita asma bronkiale.
Sebagai gambaran kejadian asma bronkiale di RSUD Patut Patuh Patju berdasarkan data dalam 3 tahun terakhir dari tahun 2008 sampai 2010 terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Angka prevalensi Asma Bronkiale di RSUD Patut Patuh Patju Tahun 2008-2010.
Tahun
Bulan
Jumlah total
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2008
14
16
10
21
14
5
9
2
9
4
0
9
113
2009
8
9
3
2
7
5
7
8
3
10
4
12
78
2010
9
2
17
12
8
4
6
6
4
1
5
7
81
Total
272
(Sumber : Data RSUD Patut Patuh Patju tahun 2010)
Berdasarkan data di atas, tingkat prevalensi asma bronkiale terus prubahan yang Fluktuatif.
Peningkatan terjadinya prevalensi kejadian asma di pengaruhi oleh banyak faktor di antaranya ; 1) alergen utama (debu rumah, spora jamur,tepung sari rerumputan), 2) iritan (asap, bau-bauan, polutan), 3) infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus, 4) perubahan cuaca yang ekstrem, 5) kegiatan jasmani yang berlebihan, 6) lingkungan kerja, 7) obat-obatan, 8) emosi, dan 9) refluks gastroesofagus (Soemantri, 2009: 51).
Menurut LKC (2009), Pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan asma dapat dilakukan dengan cara seperti, yaitu; 1) menghindari pemicu asma (makanan, aktifitas, lingkungan), 2) bersihkan rumah dari debu terutama yang berasal dari bahan kapuk, kain, kertas yang sudah lama, 3) pakailah penutup hidung (masker) apabila beraktifitas yang dapat menimbulkan debu, 4) olah raga ringan secara teratur untuk meningkatkan kekuatan paru-paru, 5) usahakan hidup teratur sehingga terhindar dari stress, dan 6) perbanyak makan sayuran agar meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan asma bronkiale di RSUD Patut Patuh Patju Gerung.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan asma bronkiale di RSUD Gerung ?
1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan asma bronkiale di RSUD Gerung.
1.3.2        Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus adalah sebagai berikut :
1)      Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang asma bronkiale.
2)      Mengidentifikasi sikap keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan asma bronkiale.
3)      Mengidentifikasi jenis stresor penyebab kekambuhan asma bronkiale.
4)      Menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan asma bronkiale.
1.4  Manfaat
1.4.1        Secara Teoritis
Ilmu pengetahuan, dapat dijadikan sebagai bahan untuk pendekatan dalam memberikan kajian pada penderita asma bronkiale.
1.4.2        Secara Praktis
1)      Rumah sakit
Dapat dijadikan sebagai bahan penyuluhan tentang penyakit dan penyebab kekambuhan asma bronkiale.
2)      Perawat
Dapat sebagai bahan pengembangan pengetahuan perawat yang berkaitan dengan sikap keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan asma bronkiale.
3)      Keluarga
Menambah pengetahuan keluarga tentang penyebab terjadinya kekambuhan asma bronkiale dan sebagai bahan pertimbangan bagi keluarga dalam upaya mencegah terjadinya kekambuhan asma bronkiale melalui informasi yang didapat dari peneliti.
4)      Peneliti
Dapat memberikan manfaat bagi peneliti dalam menambah pengalaman dan pengetahuan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya dalam upaya pencegahan kekambuhan asma serta menambah pengetahuan dan memperluas landasan berfikir bagi peneliti.